What Am I, is All I am

...See, i came from other parts of the world, and ALL i wanna be is ALL what i wanna be...

Selasa, 12 Agustus 2008

...The Special Necessity...

Another things could changed us, but we started and ended with family
-Anthony Brandt-
*******************************

Hai hai blog ku sayang... Maaf kan aku yah, baru menyentuh mu hari ini.
Hari ini gw habis dari tempat psikolognya adek gw ituh. Yang di ragunan itu loh. Mau ngambil hasil test minggu kemarin yang ternyata masih belum final.

Nyampe disana, gw masih disuruh ngisi semacam kuesioner yang berisi tentang pertanyaan seputar perilaku adek gw sehari-hari. Mulai dari kebiasaan makan, mandi, sampai perilaku seksualnya. Seperti contohnya adalah masturbate.

Oia, kenapa adek gw ini pake ada acara tes psikologi? Karena memang, psikologisnya itu perlu di tes.

Adek gw namanya Boy Jaka, lahir di Jakarta pada tanggal 2 April 1994. Adek gw ini seorang yang memerlukan suatu treatment tersendiri. Jaka bukan seorang anak yang menderita autis, apalagi down syndrom, atau kecacatan lainnya. Fisiknya alhamdulillah sempurna. Hanya saja, kemampuannya dalam bidang lingustik sangat rendah. Di umurnya yang sudah menginjak remaja ini, dia belum bisa membaca secara lancar. Otomatis, daya analisisnya terhadapp suatu bacaan juga rendah.

Dari kecilnya memang pertumbuhan Jaka tidak seperti anak normal lainnya. Jaka mengalami pertumbuhan yang boleh dibilang lambat. Tes IQ yang pertama juga menunjukkan angka 70 (8 tahun yang lalu), yang artinya normal, tapi berada pada batas paling bawah.

Hasil terakhir tes IQ-nya adalah 49. Angka yang sangat rendah untuk seorang anak yang bersekolah di sekolah reguler. Jaka memang sedari TK, sampai sekarang (SMP), memang bersekolah di sekolah reguler. Gurunya beranggapan bahwa Jaka sebenarnya salah masuk. Mungkin seharusnya Jaka dulu masuk SLB (Sekolah Luar Biasa).

Kenapa dulu jaka tidak masuk SLB? mungkin karena anggapan bonyok gw, SLB adalah sekolah khusus untuk anak yang memiliki kecacatan, entah itu fisik atau mental. Dan Jaka bukan anak yang cacat fisik atau juga mental. Jaka adalah seorang anak yang berkebutuhan khusus.

Dalam hal akademis, jaka memang sangat kurang. Mungkin yah karena itu tadi, kemampuan membacanya yang masih rendah, maka itu pun mempengaruhi daya analisisnya. Namun, ada sesuatu darinya yang bisa diandalkan, yaitu daya ingatnya yang cukup tajam. Misalnya, jika dia mengunjungi suatu tempat sekali, maka kali lainnya, dia pasti hafal letak dan jalan menuju lokasi itu. Kalo gw... Beuuuugh, kemampuan spatial gw tuh bobrok banget dah...

Tapi, sosialisasinya terhadap lingkungan sekitar tuh hebat lho. Jaka itu ramah sama orang-orang yang belum dikenal. Malah lebih ramah sama orang lain ketimbang sama orang rumah.

Sekarang, jaka sudah kelas 2 SMP, di SMP Gratis Ibu Pertiwi. (untuk penulisan profil SMP Gratis ini, besok ajah yah, sekarang gw lagi fokus sama masalahnya Jaka). Seharusnya sih jaka sekarang udah kelas 3 SMP. Tentunya dia ga naik kelas di sekolahnya yang dulu.

Dia tuh ga ada kemuan untuk membaca. Dia ga tahan kalo disuruh baca selama 5 menit. Kemauannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan aktif disekolah (olahraga dan piket) juga ga ada. Dia hanya follower.

Oia, satu kelemahan jaka yang lainnya adalah, dia ga bisa proteksi dirinya sendiri. Contohnya, dia ga bisa melawan kalo ada temannya yang nakal. Jaka tuh sering banget jadi korban 'pemalakan' sama temen2nya yang sialan ituh. Masa setiap hari, Jaka disuruh setor duit sebesar 2000 rupiah. Enak banget tuh anak!! dan itu bukan 1 orang ajah. Melainkan banyak. Anak yang 1 udah ketangkep, muncul anak brengsek yang lain.

Kesimpulan untuk konsultasi hari ini tantang jaka, adalah Jaka harus distimulasi agar dia bisa mengorganisir sesuatu. Paling engga, untuk dirinya sendiri. Cara-caranya adalah memberikan kegiatan yang rutin, misalnya nyapu dan membuang sampah setiap pagi, dan mencuci piring bekas makannya sendiri.

Regards,
shinta




0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda